Program studi Pendidikan Geografi

Program studi Pendidikan Geografi

Dalam bagian ini tidak dimaksudkan untuk melakukan telaah rinci tentang hal hal yang berkaitan dengan kompetensi dan kurikulum program studi akan tetapi pembahasannya lebih difokuskan pada bagaimana pola sebaran perguruan tinggi penyelenggara sebagai “produsen” guru Geografi dan bagaimana pola se baran SD, SLTP dan SLTA dan yang sederajat sebagai “konsumen” di seluruh Indonesia. Melalui kajian ini diharapkan dapat diketahui di wilayah mana saja peluang terjadinya hambatan proses pembelajaran pengetahuan Geografi dan bagaimana alternatif pemecahannya.

Akibat perubahan kebijakan pengembangan perguruan tinggi di Indonesia terjadi perubahan nama institusi pendidikan program studi bidang Pendidikan Geografi dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) menjadi Fakultas Pendidikan di bawah institusi Universitas Negeri. Sebagai contoh IKIP Jakarta menjadi Universitas Negeri Jakarta.

Pada saat ini di seluruh Indonesia terdapat 16 PTN dan 9 (sembilan) PTS penyelenggara program studi Pendidikan Geografi dan tersebar tidak merata di seluruh propinsi dan terkonsentrasi sebagian besar di Jawa seperti terlihat pada peta 2 (Dikti Depdiknas, 2002). Apabila dikaitkan dengan sebaran SD, SLTP dan SLTA sebagai “konsumen” (peta 3) dapat diketahui bahwa beberapa wilayah di Indonesia seperti Kalimantan dan sebagian Sumatra terindikasi potensial kekurangan guru Geografi. Akibat selanjutnya dapat diduga bahwa di daerah daerah tersebut mengalami hambatan dalam proses pembelajaran Geografi dan pada akhirnya secara hipotetis dapat dikatakan bahwa tingkat perkembangan ilmu Geografi di wilayah tersebut relatif lebih rendah dibanding daerah lain. 

Sebagaimana telah diuraikan di atas, kurikulum merupakan salah satu faktor penentu proses pengembangan disiplin ilmu Geografi. Melalui pengamatan terhadap salah satu sampel kurikulum program studi Pendidikan Geografi dapat diketahui bahwa beban studi untuk menjadi sarjana adalah sebanyak 152 sks termasuk skripsi, sekitar 20 % diantaranya adalah muatan mata kuliah pendidikan, sedangkan 80% sisanya adalah mata kuliah Geografi. Apabila diperhatikan, dalam struktur kurikulum terdapat mata kuliah inti bidang Geografi seperti Pengantar / Filsafat Geografi, Geologi / Geomorfologi, Meteorologi / Klimatologi dan terdapat mata kuliah SIG dan Penginderaan Jauh. Berdasarkan materi mata kuliah tersebut dan keragaman mata kuliah sistematik dan regional yang diperoleh selama studi, dapat disimpulkan bahwa lulusan program studi pendidikan Geografi di Indonesia dinilai mampu menjalankan profesi sebagai guru Geografi, baik di SD, SLTP maupun SLTA dan bahkan sebagai dosen di perguruan tinggi sejenis.

Paling tidak ada dua persoalan mendasar dalam hubungannya dengan tulisan ini yaitu (1) bagaimana agar jumlah kebutuhan guru Geografi dapat dipenuhi oleh lulusan PT yang ada?, (2) bagaimana agar tidak terjadi ketimpangan persebaran lokasi “produsen” dengan persebaran lokasi sekolah yang membutuhkan?. 

Berdasarkan data jumlah total mahasiswa kependidikan Geografi sebanyak 4133 orang dan jumlah lulusan tahun 2001/2002 sebanyak 691 orang (Dikti Depdiknas, 2002) dan jika diasumsikan seluruh PT di Indonesia hanya mampu menghasilkan lulusan sebanyak 2000 orang setiap tahun, selama 30 tahun terakhir diperkirakan menghasilkan 60000 orang sarjana Pendidikan Geografi, jumlah sekolah dan variabel lain dianggap tetap, maka dibutuhkan waktu paling tidak 50 tahun lagi agar setiap sekolah di Indonesia memiliki seorang guru Geografi. 

Apabila dikaitkan dengan kebutuhan guru Geografi di SLTP dan SLTA maka diperkirakan masih diperlukan waktu lebih dari 10 tahun agar dapat memenuhi seluruh SLTP dan SLTA di Indonesia. Angka perkiraan tersebut diungkapkan untuk memberikan informasi awal tentang adanya kekurangan guru Geografi yang selama ini terjadi di Indonesia.
Load disqus comments

0 comments