Tujuan Belajar Dalam Hubungannya Dengan Perubahan Tingkah laku.

Tujuan belajar dalam hubungannya dengan perubahan tingkah laku.

Salah satu ciri belajar pada diri seseorang adalah terdapatnya perubahan tingkah laku pada dirinya. Adanya perubahan tingkah laku ini menjadikan seorang pembelajar berubah dari suatu kondisi ke kondisi tertentu. Perubahan tingkah laku dalam diri pembelajar umumnya dapat diamati (obsevable). Oleh karena itu, ketika pembelajar mau mengadakan aktivitas belajarnya, perlu merumuskan tujuan belajar buat dirinya sendiri. 

Dalam merumuskan tujuan belajar yang terkait dengan perubahan tingkah laku ini, seseorang pembelajar pertama kali haruslah mengenali mengenai dirinya sendiri. Pengenalan terhadap dirinya sendiri ini sangat penting guna merumuskan kebutuhan kebutuhan belajarnya. Pengenalan mengenai diri sendiri ini juga bisa terhindar dari mempelajari sesuatu yang sudah dikuasai, disamping dapat terhindar juga dari mempelajari sesuatu yang tidak dimaksudkan untuk dipelajari.

Tujuan belajar yang dikaitkan dengan perubahan tingkah laku ini mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

a. Jelas siapa yang berubah (dalam hal ini adalah pembelajar sendiri, dan bukan pengajar).

b. Jelas perubahannya, dari tidak bisa sesuatu menjadi bisa sesuatu.

c. Jelas waktunya, yaitu kapan perubahan tingkah laku tersebut berlangsung dan tercapai.

d. Jelas ukuran perubahannya, yang lazim ditunjukkan secara kuantitatif.

e. Jelas cara menghukumya, yaitu perubahan tersebut dapat diukur dengan cara bagaimana.

f. Dirumuskan dengan kata-kata yang kongkrit (observable).

Sebagai contoh, setelah menelaah Bab I, pembelajar dapat menjelaskan 4 ciri-ciri tingkah laku menyimpang secara lisan. Kata pertama, pembelajar, menunjukkan dengan jelas siapa yang berubah tingkah lakunya setelah melakukan aktivitas, dalam hal ini adalah pembelajar bukan pengajar (unsur pertama). Kata-kata dapat menjelaskan menunjukkan terdapatnya perubahan tingkah laku pada diri pembelajar: dari tidak bisa menjelaskan menjadi bisa menjelaskan (unsur kedua). Kata-kata setelah menelaah bab I menunjukkan waktu perubahan (unsur ketiga). Kata-kata 4 ciri-ciri tingkah laku menyimpang menunjukkan ukuran perubahan. Bandingkan misalnya dengan kata-kata: ciri-ciri tingkah laku menyimpang. Kata-kata ini tidak menunjukkan berapa jumlah ciri tingkah laku menyimpang (unsur keempat). Kata secara lisan menunjukkan bagaimana perubahan tingkah laku tersebut diukur. Sebab, pengukuran terhadap bisa tidaknya seseorang menjelaskan secara lisan dan secara tertulis. membutuhkan cara pengukuran tersendiri. Oleh karena itu, bentuk perubahan tingkah laku tesebut haruslah jelas (unsur kelima). Kata menjelaskan pada rumusan tujuan menunjukkan bahwa ia dapat diamati secara konkrit. Bandingkan misaInya dengan kata memahami, mengerti. merasakan, menikmati. Kata-kata disebutkan terakhir ini tidak dapat diamati (tidak observable).

Bloom dan kawan-kawan (1956) membuat taksonomi tujuan belajar yang terkait dengan perubahan tingkah laku ini. Ia mengkategorisasikan tujuan (bukan memisahkan, karena semestinya tidak untuk dipisah-dipisahkan) menjadi tiga kawasan, ialah kawasan tersebut, masing-masing mempunyai sub kawasan masing-masing yang disusun mulai dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks.

Kawasan pertama, cognitive terdiri dari knowledge, comprehension, applkation, analysis, syntihesis don evaluation. secara berturut-turut akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Knowledge, dapat diartikan dengan pengetahuan. Sub kawasan ini mementingkan aspek ingatan. Oleh karena itu, sub kawasan ini lebih tepat untuk diartikan mengingat terhadap materi-materi yang pernah dipelajari. Mengingat kembali terhadap fakta-fakta yang pernah dipelajari, teori-teori yang pernah ditelaah. dalam kawasan kognitive ini dipandang berada pada tingkat terendah.

b. Comprehension dapat diartikan dengan kemampuan untuk menangkap pengertian mengenai sesuatu. Pada sub kawasan ini, seseorang dapat menterjemahkan sesuatu, mengambil kata lain dari suatu kata atau pengertian, mengambil inti dari suatu bacaaan dan membuat prakiraan-prakiraan.

c. Applkation lazim diberi makna sebagai suatu kemampuan untuk menerapkan apa-apa yang pernah dipelajari ke dalam situasi yang senyatanya. Pada sub kawasan ini, seseorang yang sedang belajar mampu menerapkan, mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori dalam situasi praktis.

d. Analysis adalah suatu kentamptian untuk merinci, menghubungkan, menguraikan rincian dan saling hubungan antara bagian satu dengan bagian lainnya.

e. Synthesis adalah suatu kemamptian untuk menyatukan hal-hal yang tak menyatu menjadi sebuah kesatuan yang utuh. Dengan kemampuan synthesis ini sesuatu yang sebelumnya terbelah-belah terkristal dan kemudian dapat diformulasikan ke dalam forinula yang tak terbelah.

f. Evaluation adalah suatu kemampuan unluk menentukan baik-buruk, berharga-tidak berharga, bernilai-tidak bernilai

mengenai suatu hal. Penentuan tersebut didasarkan atas patokan-patokan yang dilmat pada masa sebelumnya. Kemampuan mengadakan evaluasi ini termasuk jenis kemampuan yang tertinggi dalam kawasan kognitive ini.

Kawasan kedua, affective ineliputi empat sub kawasan berikut: receiving, responding, valuing, organization, characteristization by a value or value complex. Secara berturut-turut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Receiving atau penerimaan, adalah kemampuan seseorang untuk menghadirkan kediriannya pada sebuah even atau stimulus-stimulus yang ia terima. Menghadirkan diri demikian ini, meskipun dalam tataran rendah. telah dapat meliput kesadaran seseorang. Hasil belajar pada sub kawasan ini telah memunculkan sebuah kesadaran yang paling simpel sampai dengan hadimya perhatian yang terpilih.

b. Responding atau pemberian tanggapan. Kemampuan ini relatif febih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan sub kawasan receiving. Jika pada sub kawasan receiving seseorang menghadirkan kediriannya pada sebuah even, maka dalam sub kawasan responding ini seseorang memberikan tanggapan/ respon/jawaban atas even-even yang ia terima.

c. Valuing atau pemberian nilai. Yang dimaksud dengan pemberian nilai di sini adalah memberikan harga terhadap suatu fenomena, benda, kejadian atau even, Sub kawasan ini menjadikan seseorang bisa menerima nilai tertentu dan menunjukkan komitmennya pada nilai tertentu. Oleh karena itu, pada sub kawasan ini seseoarang tampak tingkatan integritasnya: keajegan, integritas.

d. Organization atau pengorganisasian adalah upaya untuk memadukan berbagai jenis nilai yang berbeda-beda. Dari nilai-nilai yang berbeda tersebut, kemudian dibangun menjadi suatu sistem nilai. Ada semacam sintesa nilai-nilai yang beragam, hingga menjadi suatu kesatuan nilai. Antara nilai satu dengan yang lain dicoba hubungkan. Bila terdapat konflik di antara nilai-nilai tersebut dicoba pecahkan.

e. Characterization of value or value complex atau karakterisasi dengan suatu nilai. Pada sub kawasan ini seseorang mempunyai sistem nilai yang dapat mengendalikan tingkah lakunya dalam kehidupan hingga dapat membentuk gaya hidup yang khas, berbeda dengan orang lain. Hasil belajar pada sub kawasan ini bisa menjadikan seseorang menyesuaikan diri secara personal, sosial dan emosional.

Kawasan ketiga psycomotor, mencakup tujuh sub kawasan dari yang tingkatan terendah hingga tingleatan tertinggi. Ke tujuh sub kawasan ini adalah perception, set, guided respon, mechanism, complex overt respon, adaptation dan origination. Sub-sub kawasan ini dapat d1Jelaskan sebagai berikut:

a. Perception atau persepsi. Yang dimaksud dengan persepsi di sini adalah penggunaan indera untuk memperoleh petunjuk ke arah motorik. Pada sub kawasan ini, seseorang mengindera stimulus-stimulus yang berasal dari lingkungannya guna persiapan untu membimbing aktivitas-aktivitas motoriknya.

b. Set atau kesiapan. Sub kawasan ini meliputi mental set, physkal set dan emotional set. Pada subleawasan ini, seseorang bersedia mengambil tindakan-tindakan berdasarkan persepsinya terhadap stimulus atau fenomena-fenomena yang berasal dari agkungannya.

c. Guided respon atau respon terpimpin. Pada sub kawasan ini seseorang mulai berada pada proses belajar keterampilan yang lebib komplek. Pada sub kawasan ini seseorang terlibat dalam proses peniruan yang diperformansikan, selanjumya mencoba menggunakan tanggapan dalam menangkap suatu motorik.

d. Mechanism atau mekanisme. Pada sub kawasan ini responrespon yang telah dipelajari oleh seseorang telah berubah menjadi kebiasaan dan gerakan-gerakan yang ditampilkan, dilakukan dengan penuh kepercayaan dan kemahiran.

e. Complex over respons atau respon nyata yang kompleks. Pada sub kawasan ini seseorang yang lagi belajar, melakukan gerakan dengan mudah disamping mempunyai kontrol yang baik. Kadar motorik pada sub kawasan ini relatif cukup tinggi. Sebab, gerakan-gerakan pada sub kawasan ini relatif cepat, cermat termasuk pada hal-hal yang rumit dan tepat meskipun disertai dengan energi yang minimal.

f. Adaptation atau penyesuaian. Yang dimaksud dengan penyesuaian adalah sebuah keterampilan dimana seseorang dapat mengolah gerakan hingga sesuai dengan tuntutan kondisional dan situational, termasuk yang problematis sekalipun.

g. Origination atu penciptaan. Sub kawasan ini termasuk paling tinggi tingkatannya dibandingkan dengan sub kawasan sebelumnya, oleh karena unsur kreativitas sudah masuk di sini. Performansi seseorang yang belajar pada sub kawasan ini umumnya ditandai dengan hal-hal yang serba baru, misaInya membuat pola-pola baru, merancang hal-hal baru.

Oleh karena itu, dalam belajar yang mestinya ditanamkan adalah pengertian siswa mengenai sesuatu yang harus dipelajari.
Load disqus comments

0 comments